Kamis, 18 Oktober 2012

BEBAN KERJA GURU 24 JAM PER MINGGU

Sertifikasi dan Pemenuhan 24 Jam Tatap Muka

(SERTIFIKASI DAN TUNTUTAN PEMENUHAN 24 JAM TATAP MUKA SERTA SULITNYA NAIK PANGKAT) Oleh: Dra. Sunarti







Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosenmenyatakan bahwa guru sebagai pendidik merupakan tenaga profesional.Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat profesi pendidik yang diperoleh melalui sertifikasi dan bagi guru yang telah mendapat sertifikat pendidik akan diberikan tunjangan profesi yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 35 ayat (2) dinyatakan bahwa beban kerja guru mengajar sekurang-kurangnya 24 jam dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka per minggu. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan mengamanatkan bahwa guru yang telah memperoleh sertifikat pendidik, nomor registrasi, dan telah memenuhi beban kerja mengajar minimal 24 jam tatap muka per minggu memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok.
Akan tetapi tidak semua guru berada pada kondisi ideal dengan beban mengajar minimal 24 jam tatap muka per minggu. Hal itu sering terjadi dikarenakan di sekolah tersebut terdapat beberapa guru yang mengampu mata pelajaran sejenis dan menyebabkan guru harus berbagi dengan rekan guru yang lain. Atau memang porsi jam pelajaran tersebut tidak mencukupi, sebagai contoh guru PKN yang mengajar di sebuah sekolah dengan 3 kelas paralel atau 9 kelas dalam satu sekolah, jatah mengajarnya dalam struktur KTSP hanya 2 jam pelajaran x 9 kelas = 18 jam, maka guru tersebut masih kurang 6 jam pelajaran, bagaimana bila ada lebih dari satu guru mata pelajaran yang sama?, dan kondisi ini riil terjadi di lapangan. Demi perjuangan untuk memenuhi beban mengajar 24 jam per minggu ini, banyak guru yang lantas mencari tambahan mengajar di sekolah lain baik sekolah yang levelnya sama maupun tidak sama. Banyak guru SMA menambah jam mengajar di SMP atau bahkan di SD. Permasalahan baru dari keadaan ini adalah kesulitan membagi waktu. Ketika sekolah induk maupun sekolah tambahan tempat guru memenuhi beban 24 jam tatap muka menuntut seorang guru untuk total dalam mengajar dan mengabdi di sana.
Sekolah induk maupun sekolah tambahan tidak mau dinomorduakan, padahal tugas seorang guru bukan hanya mengajar, guru juga harus ikut terjun dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang ada di sekolah. Bagaimana jadinya bila dalam saat bersamaan harus menghadiri kegiatan di dua sekolah berbeda?. Belum lagi pandangan dan pemikiran yang berkembang di masyarakat ketika melihat kesejahteraan guru yang bukan lagi seperti sosok “oemar bakri”, sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Iwan Fals yang menggambarkan seorang guru, dengan sepeda kumbangnya dan dengan keadaan yang serba memprihatinkan . Guru hari ini mendapat kesejahteraan yang lebih dengan berbagai tunjangan termasuk program sertifikasi guru. Pihak non-guru merasa iri dan seakan tidak adil. Mereka mengatakan, guru mendapat sertifikasi, dan mendapat libur lebih. Pandangan seperti itu adalah salah. Pekerjaan seorang guru, bukan hanya duduk, bukan hanya mengajar dan atau mendidik, tapi setumpuk pekerjaan yang harus dibawa pulang seusai mengajar. Bayangkan dengan aturan jam tatap muka minimal 24 jam per minggu, maka bagi yang memiliki jam mata pelajaran bidang studi hanya 2 jam per minggu, maka guru tersebut harus manghadapi 12 kelas, jika satu kelas terdiri dari 25 siswa, maka per minggu guru tersebut akan menghadapi/mengurusi 300 siswa. Coba  bayangkan jika satu minggu 12 kelas ini masing-masing diberi soal evaluasi 5 nomor saja dengan model pemeriksaan hasil jawaban sistem bobot, maka guru tersebut akan memeriksa/membaca/menganalisa 1500 soal dengan sistem bobot nilai, yang berdasarkan pengalaman, jika diperiksa dibutuhkan paling cepat 2 menit per nomor soal. Artinya dibutuhkan 3000 menit atau 2 hari lebih tiap minggunya hanya untuk memeriksa hasil evaluasi setiap pertemuan, belum tugas-tugas yang lain, bukankah guru yang baik harus menulis apa yang dilakukan dan melakukan apa yang ditulis. Contoh ini menegaskan bahwa keliru jika dikatakan pekerjaan guru adalah pekerjaan mudah, mendapat tunjangan tinggi dengan libur beruntun.
Pemenuhan jam wajib mengajar terkait erat dengan pengajuan PAK (yang baru) yang akan diberlakukan tahun 2013 nanti. Oleh karena hal tersebut, agar pengajuan PAK tidak terkendala, pihak sekolah harus sudah merancang dari sekarang agar jam wajib mengajar guru minimal 24 jam per minggu, mungkinkah?. Khusus untuk yang mendapat tugas tambahan, pemenuhan jam disesuaikan dengan PP 74 Tahun 2008. Pada Pedoman Penghitungan Beban Kerja Guru yang diterbitkan Dirjen PMPTK berkaitan dengan tugas tambahan guru dijelaskan sebagai berikut:
  1. Tugas sebagai Kepala Sekolah ekuivalen dengan 18 jam, sehingga minimal wajib mengajar 6 jam
  2. Tugas sebagai Wakil Kepala Sekolah ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam
  3. Tugas sebagai Kepala Perpustakaan ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam
  4. Tugas sebagai Kepala Laboratorium ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam
  5. Tugas sebagai Ketua Jurusan Program Keahlian ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam
  6. Tugas sebagai Kepala Bengkel ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam
  7. Tugas sebagai Pembimbing Praktik Kerja Industri ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam
  8. Tugas sebagai Kepala Unit Produksi ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam
Khusus untuk ketentuan guru yang telah mengikuti kegiatan sertifikasi, jam minimal wajib mengajar adalah 24 jam, kecuali yang mendapat tugas tambahan di atas. Di samping itu, pemenuhan jam wajib mengajar haruslah mata pelajaran sendiri (pemenuhan jam wajib mengajar tidak dibenarkan diambil dari mata pelajaran yang lain maupun serumpun). Ketentuan ini lebih longgar bagi guru yang belum bersertifikat, untuk pemenuhan jam wajib mengajar masih dibenarkan mengampu mata pelajaran lain terkait nantinya dengan pengajuan PAK. Ketentuan bagi guru yang sudah bersertifikat sebagai berikut:
  1. Guru yang mengajar pada Kejar Paket A, B, atau C tidak bisa diperhitungkan jam mengajarnya
  2. Guru Mapel SMP (selain Penjasorkes dan Agama) tidak boleh mengajar di SD, karena guru SD pada dasarnya adalah guru kelas
  3. Penambahan jam pada struktur kurikulumpaling banyak 4 jam per minggu berdasarkan standar isi KTSP
  4. Program pengayaan atau remedial teaching tidak diperhitungkan jam mengajarnya
  5. Pembelajaran ekstrakurikuler tidak diperhitungkan jam mengajarnya, meskipun sesuai dengan sertifikasi mata pelajaran
  6. Pemecahan Rombel dari 1 kelas menjadi 2 kelas diperbolehkan, dengan syarat dalam 1 kelas jumlah siswa minimal 20
  7. Pembelajaran Team teaching tidak diperbolehkan kecuali untuk mata pelajaran Produktif di SMK
  8. Guru Bahasa Indonesia yang mengajar Bahasa Jawa, jam mengajar Bahasa Jawanya tidak diperhitungkan. Mata Pelajaran yang serumpun adalah IPA dan IPS dan hanya boleh untuk tingkat SMP
  9. Pengembangan diri siswa tidak diperhitungkan jam mengajarnya
Adanya sistem penilaian kinerja guru dalam kenaikan pangkat yang baru ini, seorang guru kini tidak mudah lagi naik pangkat, apalagi yang penilaian kinerjanya berlabel hanya “cukup” saja. Seorang guru tidak bisa lagi mengandalkan pengetahuan lamanya. Pengetahuan guru harus selalu diupdate. Seorang guru kini akan dinilai langsung ketika mengajar di kelas, guru juga harus banyak berlatih menulis untuk hasil karya ilmiahnya karena hal ini merupakan kewajiban yang harus dilakukan sejak seorang guru berpangkat Guru Pertama (golongan III a).  Guru harus punya banyak buku untuk referensi penulisan karya ilmiahnya. Intinya, pekerjaan guru menjadi lebih banyak.
Kesimpulannya, peraturan baru ini bisa saja akan semakin membuat guru terpacu untuk menyiapkan diri semaksimal mungkin. Atau, hal yang paling mencemaskan adalah muncul sikap apatis seorang guru yang mungkin saja selama ini terlanjur gembira karena bisa menikmati tunjangan sertifikasi dan fungsionalnya, kini berubah menjadi duka karena ternyata begitu sulitnya untuk urusan kenaikan pangkatnya. Artinya, banyak guru yang harus pasrah dengan pangkat yang disandangnya selama bertahun-tahun. Celakanya lagi, guru yang tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam beberapa kurun waktu tertentu dalam pengumpulan angka kredit untuk kenaikan pangkatnya akan dikenakan sanksi berupa pencabutan tunjangan profesi serta tunjangan fungsionalnya. Karena setiap jenjang kenaikan harus memiliki nilai untuk ke penelitian.
Dalam urusan kenaikan pangkat bagi seorang guru telah mengalami perubahan yang sangat drastis dibandingkan dengan kenaikan pangkat tahun-tahun sebelumnya. Pengaturan kenaikan pangkat guru telah mengalami tiga fase. Fase pertama adalah kenaikan pangkat otomatis, yaitu dalam kurun 4 tahun sekali. Hal ini mirip dengan kenaikan pangkat pada jenjang struktural. Kenaikan pangkat tersebut kemudian diganti pemerintah dengan sistem perhitungan angka kredit karena apabila tetap diberlakukan, maka banyak guru yang akan dengan mudah pensiun pada golongan IVe. Fase selanjutnya adalah kenaikan pangkat yang menggunakan angka kredit kumulatif (sesuai dengan Permenpan Nomor 84/1993 dan Permendilnas  Nomor 025 tahun 1995). Kenaikan pangkat ini lebih bersifat administratif karena besarnya poin angkat kredit lebih banyak ditunjukkan oleh prestasi kuantitas administrasi yang dihasilkannya, mulai dari kegiatan utama seorang guru seperti menyusun program pengajaran, menyajikan program pengajaran, melaksanakan evaluasi belajar, dan seterusnya. Kenaikan pangkat ini pada akhirnya diganti pemerintah karena disinyalir masih banyak guru yang hanya sekedar melengkapi bukti administrasi saja yang notabene dianggap fiktif. Fase ketiga adalah kenaikan pangkat guru yang menggunakan PKG (Penilaian Kinerja Guru), yang akan diberlakukan efektif mulai awal tahun 2013 nanti. Peraturan yang dimaksud adalah Praturan Menteri Pendidikan Nasional No. 35 tahun 2010, sebagai tindaklanjut dari Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 16 tahun 2009.
  1. Jika Anda tidak keberatan, silakan berikan komentar Anda untuk artikel di atas.
  2. Karena kesibukan kerja,  mohon maaf saya tidak bisa secara langsung merespon komentar Anda atau e-mail yang dikirim. Komentar dan email Anda akan saya respon sesegera mungkin.
  3. Subekti.Com terbuka untuk berkerja sama dengan siapapun, termasuk promosi.
© 2012, subekti.com. All rights reserved.

Selasa, 09 Oktober 2012

SEJARAH PERKEMBANGAN MATEMATIKA DI ARAB

sejarah perkembangan matematika

Sejarah perkembangan matematika versi barat!
Di dunia ini banyak sekali sejarah dalam kehidupan kita. Salah satunya sejarah dan ilmu matematika. sejarah dalam bidang matematika ini juga meliputi banyak hal, misalnya saja sejarah perkembangan matematika di suatu daerah, sampai dengan penemuan-penemuan dalam bidang matematika oleh para ahli matematikawan dunia.
sejarah matematika ilmu matematika berkembang sesuai dengan zamannya. Sebagai contoh, pada tahun 2000 SM sampai dengan 300 M, telah muncul Ilmu Hitung, Geometri, dan Logika.
Pada 300 M sampai dengan 1400 M telah berkembang teori bilangan, Geometri Analitik, Aljabar, dan Trigonometri. Serta sejarah matematika ilmu sampai abad ke-20 yang melahirkan tentang Logika matematika,Geometri non Euclid, dan lain-lain.
matematika adalah studi besaran, struktur, ruang, relasi, perubahan, dan beraneka topik pola, bentuk, dan entitas. Para matematikawan mencari pola dan dimensi-dimensi kuantitatif lainnya, berkenaan dengan bilangan, ruang, ilmu pengetahuan alam, komputer, abstraksi imajiner, atau entitas-entitas lainnya.
Dalam pandangan formalis, ilmu matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam filsafat . Para matematikawan merumuskan konjektur dan kebenaran baru melalui deduksi yang menyeluruh dari beberapa aksioma dan definisi yang dipilih dan saling bersesuaian.
Terdapat perselisihan tentang apakah objek-objek matematika hadir secara objektif di alam menurut kemurnian logikanya, atau apakah objek-objek itu buatan manusia dan terpisah dari kenyataan.
Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut ilmu matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Albert Einstein, di pihak lain, menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan."
Melalui penggunaan abstraksi dan penalaran logika, ilmu matematika dikembangkan dari pencacahan, penghitungan, pengukuran, dan pengkajian sistematik terhadap bentuk dan gerak objek-objek fisika.
Pengetahuan dan penggunaan matematika dasar selalu menjadi sifat melekat dan bagian utuh dari kehidupan individual dan kelompok. Pemurnian gagasan-gagasan dasar dapat diketahui di dalam naskah-naskah matematika yang bermula di dunia Mesir kuno, Mesopotamia, India, Cina, Yunani, dan Islam.
Argumentasi kaku pertama muncul di dalam matematika Yunani, terutama di dalam buku Euclid, Unsur-Unsur. Pengembangan berlanjut di dalam ledakan yang tidak menenteramkan hingga periode Renaisans pada abad ke-16, ketika pembaharuan matematika berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru, mengarah pada percepatan penelitian yang menerus hingga saat ini.
Kini, ilmu matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan alam, rekayasa, medis, dan ilmu pengetahuan sosial seperti ekonomi, dan psikologi. matematika terapan mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan matematika baru, dan kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang sepenuhnya baru.
Matematikawan juga bergulat di dalam matematika murni, atau matematika untuk perkembangan matematika itu sendiri, tanpa adanya penerapan didalam pikiran, meskipun penerapan praktis yang menjadi latar munculnya matematika murni ternyata seringkali ditemukan terkemudian.
Secara umum, semakin kompleks suatu gejala, semakin kompleks pula alat yang melalui berbagai perumusan (model matematikanya) diharapkan mampu untuk mendapatkan atau sekadar mendekati penyelesaian eksak seakurat-akuratnya.
Jadi, tingkat kesulitan suatu jenis atau cabang ilmu matematika bukan disebabkan oleh jenis atau cabang matematika itu sendiri, melainkan disebabkan oleh sulit dan kompleksnya gejala yang penyelesaiannya diusahakan dicari atau didekati oleh perumusan (model matematikanya) dengan menggunakan jenis atau cabang matematika tersebut.
Bagaimana dengan versi islam di timur tengah?
Ajaran Islam mulai bersemi di wilayah Maghrib - Afrika Utara - pada tahun 642 M. Setelah melalui berbagai ekspedisi penaklukan, seluruh wilayah Maghrib yang meliputi Aljazair, Mesir, Libya, Maroko, Sudan, Tunisia akhirnya berhasil dikuasai Islam pada awal abad ke-8 M. Sejak itulah, di wilayah Maghrib mulai menggeliat aktivitas intelektualitas, salah satunya adalah studi matematika.
Geliat studi matematika yang berkembang di era keemasan Islam di Afrika Utara ternyata hingga kini masih berlangsung. matematika menjadi salah satu ilmu yang digemari masyarakat Afrika Utara. Saat ini, tercatat terdapat 2.000 doktor matematika yang tersebar di Afrika Utara. Sedangkan di Selatan Sahara terdapat 1.000 matematikus bergelar doktor.
Ali Mostafa Mosharafa tercatat sebagai matematikus Maghrib pertama yang meraih gelar doktor dari University of London pada tahun 1923. Sebagai perbandingan, Indonesia hingga kini hanya memiliki 100 dokter matematika. Jumlah doktor matematika itu dihitung mulai dari Dr Sam Ratulangi. Begitu banyaknya doktor matematika yang terdapat di benua 'hitam' itu menunjukkan betapa masih kuatnya pengaruh geliat studi di era keemasan Islam.
Lalu bagaimanakah studi matematika berkembang pesat di daratan yang dulu termasyhur dengan sebutan Maghrib itu? Prof Ahmed Djebbar seorang guru besar pada University of Sciences and Technologies Lille I di Lille, Prancis dalam tulisannya berjudul Mathematics in the Medieval Maghrib membagi perkembangan matematika di era kejayaan Islam di Afrika Utara ke dalam empat periode.
Periode pertama adalah masa kelahiran dan perkembangan pertama matematika di Maghrib yang berlangsung dari abad ke-9 M hingga 11 M. Periode kedua adalah perkembangan matematika pada erat kekuasaan Kerajaan Almohad yang berlangsung dari abad ke-12 M hingga 13 M. Periode ketiga adalah masa lahirnya teori-teori baru matematika di Maghrib pada abad ke-14 M hingga 15 M. Sedangkan, periode keempat adalah perkembangan matematika di Afrika Utara setelah abad ke-15 M.
Menurut Prof Djebbar, lahir dan berkembangnya studi matematika di wilayah Maghrib sangat dipengaruhi perkembangan keilmuan di Andalusia. ''Secara ekonomi, politik dan budaya Spanyol Muslim dan Maghrib pada abad pertengahan memiliki keterikatan dan kedekatan,'' papar ilmuwan yang berkiprah di Laboratoire Paul Painlev, Prancis itu. Terlebih, Muslim Spanyol dan Maghrib memiliki keterkaitan tradisi keilmuan.

Meski secara sosial dan budaya Spanyol Muslim dan Maghrib berbeda, namun keduanya direkatkan oleh akidah yang mereka anut yakni Islam. Sejarawan abad ke-11, Said Al-Andalus, memaparkan pada awal Islam masuk ke Spanyol, penduduk negeri itu sama sekali tak tertarik pada sebuah ilmu. Minat masyarakat Spanyol Muslim terhadap keilmuwan mulai tumbuh ketika Dinasti Umayyah berdiri secara independen di negeri Matador itu.
Perkembangan dan ghirah (semangat) keilmuwan di Spanyol Muslim itu perlahan namun pasti lalu merambat ke wilayah Maghrib. Studi matematika mulai digandrungi masyarakat Muslim di Afrika Utara sejak abad ke-9 M. Pusat studi matematika pertama terdapat di Ifriqiyan atau lebih tepatnya lagi di Kairouan. Pada era itu geliat studi matematika memang masih terbatas di wilayah itu.
Meski masih terbatas, di Maghrib telah muncul matematikus terkemuka seperti Yahya Al-Kharraz dan muridnya Yahya Al-Kanuni (829 M - 901 M). Yahya tercatat sebagai orang Maghrib yang pertama kali menulis buku berjudul Hisba - membahas tentang aturan transaksi perdagangan di pasar. Pada era itu, Maghrib juga memiliki seorang matematikus kondang bernama Shuqrun Ibn Ali - ahli berhitung dan falak dalam ilmu waris.
Buku matematika yang ditulis Shuqrun terbilang fenomenal. Sejarawan Ibnu Khair mengungkapkan buku karya Shuqrun masih tetap dijadikan referensi pengajaran pada abad ke-12 M di sekolah-sekolah yang tersebar di kota Bougie - metropolis ilmu pengetahuan Maghrib Tengah. Sedangkan pada abad ke-9 M, matematikus yang terekam dalam sejarah hanya satu orang, yakni Abu Sahl al-Qayrawani.
Abu Sahl tergolong matematikus perintis di Maghrib. Dia berhasil menulis sebuah kitab yang bertajuk Kita-b fi `l-hisab al-hindi (Buku berhitung India). Di era kekuasaan Dinasti Aghlabid (800 M - 910 M), Kairouan memainkan peranan penting dalam perkembangan matematika. Sejumlah ilmuwan dari Timur hingga Ifriqiya berdatangan ke kota itu untuk mengembangkan aritmatika dan geometri.
Sepanjang abad ke-9 M hingga 11 M, wilayah Maghrib telah menjadi metropolis ilmu pengetahuan. Di era itu, perdagangan buku berkembang pesat, pembiayaan proyek perbanyakan manuskrip mulai semarak, para ilmuwan mulai menadapatkan gaji yang tinggi dan sekolah-sekolah mulai dibangun. Hal itu merupakan salah satu pengaruh eratnya hubungan Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad dengan Dinasti Aghlabid.
Dinasti Aghlabid ternyata meniru kebijakan Kekhalifahan Abbasiyah dalam bidang ilmu pengetahuan. Di wilayah Maghrib pun ternyata di buat lembaga ilmu pengetahuan yang juga diberi nama Bait Al-Hikmahyang didirikan Sultan Ibrahim II (875 M - 902 M). Bait Al-Hikmah di Baghdad berdiri lebih awal yakni ketika Khalifah Harun Ar-Rasyid (786 M - 809 M) memimpin Dinasti Abbasiyah. Sejak itulah, studi matematika berkembang di wilayah Maghrib.
Memasuki abad ke-10 M, geliat studi matematika di Maghrib kurang terekam dalam sejarah. Saat itu, tercatat beberapa matematikus seperti Al-Utaq Al-Ifriqi (wafat 955 M), Ya`qu-b Ibnu Killis (wafat 990 M) dan Al-Huwa-ri- (wafat 1023 M).sejarah kembali merekam secara baik aktivitas matematika di Maghrib pada abad ke-11 M. Ada sederet nama matematikus yang muncul pada era itu.
Ibn Abi ar-Rijal (wafat 1034-35 M) tercatat sebagai salah seorang matematikus pada abad itu. Selain itu, juga ada Abu As-Salt (wafat 1134 M). Matematikus lainnya yang mengembangkan matematika di Maghrib adalah `Abd al-Mun`im al-Kindi- (wafat 1043-44 M), Ibnu `Atiya al-Katib (wafat 1016 M). Mereka adalah matematikus yang mengembangkan geometri dan Aritmatika. Begitulah studi matematika berkembang dengan pesat di wilayah Maghrib alias Afrika Utara.

Dari Maghrib untuk matematika


Al-Qurashi
Nama lengkapnya Abu Al-Qasim Al-Qurashi. Dia adalah matematikus kelahiran Seville, Spanyol. Namun, dia mengabdikan separuh hidupnya di Bougie, Afrika Utara sebagai seorang matematikus. Di abad ke-12 - era keemasan Islam di wilayah Maghrib Al-Qurashi terkenal sebagai matematikus yang ahli di bidang Aljabar dan juga pakar ilmu waris.
Jejak hidupnya tak banyak diketahui. Yang jelas, Al-Qurashi meninggal di Bougie pada tahun 1184 M. Meski begitu, kontribusinya dalam pengembangan Aljabar tertoreh dalam tinta emas sejarah perkembangan matematika di Afrika Utara. Salah satu pemikirannya yang paling terkenal adalah komentarnya atas buku yang ditulis matematikus Mesir terkemuka abad ke-10 M, Abu Kamil.
Buah pikir Al-Qurashi dalam Aljabar sangat berpengaruh pada sejumlah matematikus di abad berikutnya, seperti Ibnu Zakariya (wafat 1404 M). Pemikiran Al-Qurashi juga turut mempengaruhi matematikus Ibn al-Banna- (wafat 1321 M) untuk menulis Kitab al-'us ul wa-`l-muqaddimat fi-`l-jabrI [Buku dasar-dasar dan persiapan dalam Aljabar).
Al-Hassar
Shaykh Al-Jama'a ( Pemimpin Masyarakat). Itulah julukan yang diberikan masyarakat Muslim Afrika di era kejayaan kepada matematikus bernama Al-Hassar. Riwayat hidupnya memang tak terekam dalam sejarah. Yang jelas, dia adalah seorang ahli matematika yang mengabdikan dirinya di kota Sebta, Maghrib. Jejak hidupnya hanya terekam dalam dua kitab yang masih tersisa hingga kini.
Pertama kali dia menulis kitab bertajuk Kitab al-bayan wat-tadhkar. Kitab itu merupakan semacam buku pegangan tentang penjumlahan angka-angka, operasi aritmatika terkait bilangan dan pecahan. Buku ini begitu fenomenal, sehingga menempati peranan yang sangat penting dalam sejarah matematika di Afrika Utara. Buku matematika kedua yang ditulis Al-Hassar berjudul Al-Kita-b al-kamil fi sina `at al-`adad (Buku lengkap tentang seni ilmu berhitung). Buku ini adalah pengembangan dari kitab pertama yang telah ditulisnya. Seperti halnya Al-Qurashi, buah pikir Al-Hassar juga begitu berpengaruh terhadap matematikus lainnya di abad-abad berikutnya.
Ibnu Al-Yasamin
Setelah menimba ilmu matematika di Seville, Spanyol, Ibnu Al-Yasamin mengembangkan pengetahuannya di Maghrib. Matematikus terkemuka di Afrika Utara pada abad ke-12 M itu juga sempat mengambil studi di Marrakech alias Maroko - ibu kota Kerajaan Al-Mohad. Ibnu Al-Yasamin merupakan ilmuwan yang berkulit hitam.

Ia terkenal lewat Urjuza fi- l-jabr (Syair tentang Aljabar). Selain itu, dia juga sukses menulis dua puisi lainnya tentang matematika. Namun, ketimbang tiga puisi yang dihasilkannya, kitab Talqi-h al-afkar bi rushum huruf al-ghubr dinilai para ahli sejarah sebagai hasil karya Ibnu Al-Yasamin yang paling penting baik dari sisi kualitas maupun kuantitas.
Kitab yang ditulis Ibnu Al-Yasamin itu tebalnya mencapai 200 halaman. Isinya mengupas tentang ilmu penjumlahan serta geometri. Hasil pemikirannya itu banyak mempengaruhi para ahli matematika Muslim di abad ke-14 M dan 15 M, seperti Ibnu Qunfudh (wafat 1407 M) serta Al-Qalasadi- (wafat 1486 M).
Ibnu Mun`im
Sejatinya Ahmad Ibnu Mun`im terlahir di Denia - pantai barat Spanyol dekat Valencia. Namun, dia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Marrakech/ Maroko. Ibnu Mun'im dikenal sebagai spesialis terbaik dalam Geometri dan Teori Ilmu Hitung. Ibnu Mun'im sebenarnya adalah seorang dokter. Namun, dia lebih banyak mengisi waktunya dengan mengembangkan matematika.

Dalam bidang matematika, Ibnu Mun`im telah berhasil mempublikasikan sederet hasil karyanya. Di antra beragam masalah yang dikaji Ibnu Mun'im antara lain; geometri Euclid, penjumlahan, teori ilmu hitung serta pembuatan segi empat besar. Salah satu karyanya yang masih tetap survive hingga kini adalah Fiqh al-hisab (Ilmu Penjumlahan). Uniknya, judul kitab yang ditulisnya tak mencerminkan keberagaman dan kekayaan dari isi bukunya

PEMBELAJARAN SECARA KONTEKSTUAL

on Monday, February 01, 2010
Pengenalan
Menurut John Dewey (1916), pembelajaran kontekstual merupakan satu keadaan di mana pelajar akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari berkaitan dengan apa yang berlaku di persekitaran. Pembelajaran ini menekankan pada daya fikir yang tinggi, pemindahan ilmu pengetahuan, pengumpulan dan penganalisis data, pemecahkan masalah-masalah tertentu samada secara individu atau berkumpulan. Kontekstual dari ayat asalnya dalam Bahasa Inggeris (asal bahasa Latin con = with + textum = woven) bermaksud mengikut konteks atau dalam konteks. Konteks pula membawa maksud keadaan, situasi dan kejadian.

Pembelajaran konteksual merupakan satu model dinamik dan terbuka. Strategi ini dapat memastikan pelajar disediakan peluang untuk menjadikan pembelajaran bermakna melalui pengalaman dan informasi, dan menggunakan pengalaman serta informasi demi membina pengetahuan sendiri. Kaedah kontekstual adalah berasaskan maksud kontekstual itu sendiri, di mana ia mampu membawa pelajar ke matlamat pembelajaran isi dan konsep yang berkenaan. Ringkasnya, pembelajaran kontekstualisme ialah satu kaedah pembelajaran yang menggabungkan isi kandungan dengan pengalaman harian, individu, masyarakat dan alam pekerjaan. Pembelajaran jenis ini menyediakan pembelajaran secara konkrit yang melibatkan aktiviti ‘hands-on’ dan ‘minds-on’.

Kepentingan Pembelajaran Kontekstual Dalam Pengajaran dan Pembelajaran
Pendekatan pengajaran ini mempunyai banyak kepentingan dan faedahnya. Ini termasuklah faedah kepada murid dan faedah kepada guru sendiri. Pendekatan kontekstual adalah satu proses yang melibatkan pelbagai bentuk penemuan yang bersifat kompleks yang menjangkau kaedah-kaedah jenis latih tubi dan rangsangan dan tindak balas. Konsep pengajaran ini lebih menumpukan kepada pembelajaran yang bercirikan penemuan dan pencarian. Ia akan mendorong murid-murid mencari hubungan dan cara penyelesaian berdasarkan persekitarannya.

Pendekatan kontekstual juga merupakan pendekatan yang menekankan dunia kehidupan sebenar murid-murid. Ini bermakna, pembelajaran adalah berkisar kepada konteks kehidupan sebenar dan cara ini sudah tentu akan lebih mudah memberi kefahaman kepada murid-murid tentang konsep-konsep berkaitan. Selain itu, pembelajaran ini juga boleh dilaksanakan secara koperatif dan melibatkan penggunaan bahasa. Pembelajaran sebagai aktiviti sosial ini amat menggalakkan interaksi dan perbincangan sesama murid atau antara murid dan guru. Dengan cara ini proses pembelajaran murid akan berlaku dengan lebih mudah. Ini sudah tentu dapat memastikan objektif pelajaran yang telah ditetapkan dalam perancangan pelajaran ini dapat dicapai dalam sesi praktik yang akan dilaksanakan nanti.

Bagi guru pula, pendekatan pengajaran ini sudah tentu menggalakkan mereka memilih dan membina persekitaran pembelajaran yang menggabungkan pengalaman-pengalaman yang mereka lalui seberapa banyak yang boleh. Pengalaman-pengalaman yang dilalui termasuklah dari aspek sosial, fizikal, psikologikal, ke arah mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan persekitaran sedemikian, pelajar menemui perhubungan yang bermakna antara idea abstrak dan aplikasi praktikal dalam konteks alam yang nyata. Penghayatan konsep diperoleh melalui proses penemuan, pengukuhan dan menghubungkaitkan.

Proses “REACT” Dalam Pembelajaran Secara Kontekstual
Terdapat satu kaedah pengajaran yang sangat sesuai diaplikasikan dalam pengajaran kontekstual. Kaedah pengajaran itu melibatkan lima proses/aktiviti, iaitu menghubungkait, mengalami, mengaplikasi, bekerjasama, dan memindahkan. Kelima-lima aktiviti ini diringkaskan sebagai “REACT”.

a) Menghubungkait (Relating):
Aktiviti ini melibatkan proses di mana pelajar menghubungkaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman hidup mereka sendiri. Dalam pembelajaran kontekstual, pelajar akan dapat menumpukan perhatian kepada taakulan, peristiwa dan keadaan harian. Kemudiannya, taakulan, peristiwa dan keadaan harian itu dipautkan dengan maklumat baru untuk penyelesaian sesuatu masalah. Contoh semasa di sekolah, pelajar belajar tentang cara-cara menjaga kebersihan. Semasa pembelajaran tersebut, pelajar mungkin dapat mengaitkan pengalaman mereka semasa di rumah, di mana pelajar sering diberitahu oleh ibu bapa supaya membasuh tangan sebelum makan. Menerusi pengalaman ini pelajar akan dapat mengaitkan aktiviti yang dilakukan oleh mereka di rumah dengan aktiviti pembelajaran yang sedang berlangsung.

b) Mengalami (Experiencing):
Semasa pembelajaran, pelajar akan sedaya upaya menimba pengalaman melalui aktviiti eksplorasi, penemuan dan reka cipta merupakan nadi pembelajaran konteksual. Penggunaan bahan pengajaran dan pembelajaran seperti video, naratif, atau aktiviti berasaskan teks, akan dapat membantu pelajar mengalami sesuatu perkara atau peristiwa yang dipelajari. Contohnya pelajar dibawa ke bilik tayangan untuk menyaksikan demonstrasi serta membuat latihan amali merawat kecederaan semasa bermain. Pengalaman ini boleh digunakan semasa mereka berhadapan dengan situasi sebenar di luar bilik darjah.

c) Mengaplikasi (Applying):
Ia melibatkan proses mengaplikasi konsep dan informasi dalam konteks untuk digunakan dalam situasi yang lain. Dalam pembelajaran Pendidikan Kesihatan misalnya, proses aplikasi ini boleh dilakukan dengan memberi peluang kepada pelajar mengalami sendiri situasi atau perkara sebenar berdasarkan konteks yang dipelajari. Contohnya, guru mungkin boleh membawa pelajar melawat kantin sekolah dan melihat sendiri cara mengendalikan makanan dengan betul. Setelah itu, mereka akan diberikan peluang melakukan latihan praktikal di bilik kemahiran hidup sekolah. Pengalaman ini sudah tentu akan dapat diaplikasikan pula semasa mereka berada di rumah kelak.

d) Bekerjasama (Cooperating):
Pembelajaran dalam konteks berkongsi, bertindak balas, dan komunikasi dengan pelajar lain. Ia merupakan satu proses penting dalam pengajaran dan pembelajaran konteksual. Semasa proses pengajaran dan pembelajaran, pelajar digalakkan bekerjasama dalam pelbagai peringkat kumpulan untuk memberikan pengalaman kepada mereka. Contohnya pelajar bekerja dengan ahli kumpulan untuk melakukan amali makmal. Penyelesaian amali makmal memerlukan delegasi, pemerhatian, cadangan dan perbincangan.

e) Memindahkan (Transferring):
Pembelajaran sesuatu isi dalam konteks pengetahuan yang sedia ada, atau memindahkannya adalah berlandaskan apa yang telah diketahui pelajar. Pendekatan ini menyerupai RELATING iaitu ia berasaskan perkara-perkara yang lazim dan diketahui. Guru boleh membantu meningkatkan keyakinan pelajar dengan menyediakan panduan yang dapat menghubungkan pengalaman pembelajaran baru dengan apa yang telah diketahui pelajar. Contoh pelajar mempelajari cara untuk memilih menu sarapan yang sesuai. Pelajar boleh memindahkan pengetahuan mereka itu dalam memilih dan menetapkan menu sarapan mereka setiap hari semasa berada di rumah.

Penutup
Pembelajaran secara kontekstual atau melalui pengalaman sebenar merupakan antara kaedah yang paling berkesan untuk memahami sesuatu konsep. Ini kerana murid pada umumnya telah mempunyai serta membentuk idea mereka sendiri mengenai suatu perkara atau fenomena yang berlaku di sekeliling mereka berdasarkan pengalaman yang pernah dialami. Idea mereka mungkin betul, mungkin tidak tetapi isu yang penting di sini ialah seseorang guru harus mampu menggunakan kekuatan yang ada pada murid untuk membantu mereka belajar dengan lebih berkesan. Jadi dalam soalan pengajaran Pendidikan Kesihatan, murid harus diberi peluang belajar memahami sesuatu perkara melalui pengalaman sendiri. Setelah mengalami sesuatu perkara itu, mereka akan dapat membuat rumusan apakah tindakan ke arah kebaikan yang patut mereka ambil.

TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF BRUNER


Seymour Jerome Bruner


Beliau dilahirkan di New York pada 1 Oktober 1915.Beliau lebih dikenali sebagai J.Bruner. Beliau ini merupakan bapa kepada teori psikologi kognitif. Beliau merupakan seorang yang istimewa kerana telah dilahirkan buta dan tidak dapat melihat setelah dijangkiti katarak sewaktu beliau masih bayi. 

PENDIDIKAN

Pada mulanya, Bruner bersekolah di sekolah umum. Pada tahun 1933 beliau lulus dari sekolah tinggi. Setelah itu, beliau melanjutkan pelajaran ke Duke University. Disana beliau mengambil jurusan psikologi. Pada tahun 1937 beliau mendapat gelaran AB. Bruner kemudian mengejar kajian pascasarjana di Harvard University, menerima MA pada 1939 dan Ph.D. pada tahun 1941. Semasa Perang Dunia II, beliau berkhidmat di bawah Jeneral Eisenhower di Perang Psikologis Divisi Markas Tertinggi Bersekutu Expeditionary Force Eropah. Beliau memainkan peranan yang penting dalam perancangan Projek Medison, suatu kurikulum matematik moden di Amerika Syarikat. 

PENCAPAIAN

Sebagai seorang tokoh kognitif yang berjaya, beliau telah menerima banyak pencapaian. Antaranya adalah, BA, Duke University, 1937, PhD, Harvard, 1941 (psikologi), Profesor psikologi di Harvard (1952-1972), Profesor psikologi di Oxford (1972-1980), CIBA Pingat Emas, 1974, untuk "kajian khas dan asli", Balzan Prize pada tahun 1987 untuk "sumbangan untuk memahami fikiran manusia" serta Fellow, American Academy of Arts and Sciences.


MAKLUMAT TEORI


Beliau banyak menghasilkan penulisan dalam bidang falsafah pendidikan,teori-teori pembelajaran, dan proses pengajaran. salah satu hasil penulisannya yang terkenal adalah The Process of Education. Buku ini telah menjadi bahan rujukan yang penting dalam menggubal kurikulum matematik moden di kebanyakkan negara. 


BELAJAR


Belajar merupakan kategori yang terjadi untuk memudahkan interaksi dengan realiti. selain itu, belajar turut memudahkan tindakan. Hal ini berkait rapat dengan proses seperti pemilihan maklumat, generasi proposal, fasilitasi, proses membuat keputusan dan pembinaan dan ujian hipotesis. Murid yang belajar berinteraksi dengan realiti akan dapat menetapkan kemasukkan yang sesuai dengan kategori mereka sendiri.Hal ini kerana mereka akan menentukan kategori konsep yang berbeza.


Belajar adalah sebuah proses aktif dari persatuan dan pembinaan. Selain daripada itu, pengetahuab sedia ada murid juga merupakan faktor penting dalam belajar. Ini memberi makna kepada organisma untuk menimba pengalaman dan membolehkannya untuk membentuk suatu media seperti peraturan ini: 


1) menentukan sifat-sifat penting dari para ahlinya, termasuk komponen esensialnya.


2) menggambarkan bagaimana mereka harus diintegrasikan komponen penting.


3) menentukan batas-batas toleransi atribut yang lain untuk ahli termasuk ke kategori. 


Bruner membezakan dua proses yang berkaitan dengan kategori: 
a)Pembentukan konsep (mempelajari konsep yang berbeza)
b)Konsep Tingkat (mengenalpasti sifat yang menentukan kategori). 

Bruner berpendapat bahawa pembentukan konsep merupakan proses yang terjadi lebih semua daripada konsep pada orang 0-14 tahun, sementara konsep konsep Tingkat pembentukan berlaku bukan dari usia 15 tahun. 


Konsep boleh di bahagikan kepada tiga kategori iaitu:

· Konsep konjuntif


Kosep ini merujuk kepada konsep yang mempunyai beberapa bahagian yang tergabung dan tidak boleh dipisahkan ataupun dikurangkan. Apabila salah satu bahagian ini diketepikan, maka, konsep tersebut menjadi kurang lengkap.


· Konsep disjuntif


Konsep ini pula merujuk kepada bahagian-bahagian yang tergabung di dalam konsep ini boleh digunakan dalam satu situasi ataupun situasi yang lain. 


· Konsep hubungan


Konsep ini merujuk kepada kepada hubungan khas antara satu sama lain yang wujud diantara bahagian-bahagian tersebut. Kebanyakkan hubungan ini biasanaya terdiri daripada bahagian-bahagian yang mengandungi masa dan ruang.

Selain itu Bruner berpendapat, fungsi konsep utama adalah menyusun maklumat kepada sifat-sifat umum bagi sesuatu kumpulan objek atau idea, dengan bertujuan memudahkan pengurusan agar lebih ringkas, mudah difahami, mempelajari serta mengingati. Menurut beliau lagi, bahasa merupakan medium yang penting dalam perkembangan kognitif manusia. Beliau mempercayai manusia mula menggunakan tindakan sebagai usaha memahami alam sekitar, dan apabila tindakan tidak mencukupi, ia akan bertukar kepada penggunaan gamabar atau perwakilan simbol di mana bahasa memainkan peranan. 


ASPEK TEORI PEMBELAJARAN


Bruner berpendapat bahawa empat aspek berikut merupakan aspek yang penting dalam teori Arahan:


1) kecenderungan terhadap pembelajaran


2)bagaimana pengetahuan boleh ditetapkan sehingga yang terbaik untuk diinternalisasi oleh pelajar


3) urutan paling efektif dalam menyajikan bahan bantu mengajar


4) Sifat dari hadiah dan ganjaran. 



IMPLIKASI TERHADAP PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN


Berikut adalah implikasi dari teori Bruner dalam pendidikan: 
1) Teorem pembelajaran Matematik


Bruner dan Kenny (pembantunya) telah membuat pemerhatian di dalam kelas Matematik bagi mengkaji faktor-faktor yang terlibat dalam teori ini. Hasilnya mereka telah Berjaya membina empat teorem pembelajaran seperti berikut:


· Teorem Pembinaan


Merupakan cara paling berkesan bagi seorang pelajar untuk mempelajari konsep, prinsip atau hukum matematik. Caranya adalah dengan membina perwakilan untuk konsep, prinsip mahupun hukum Matematik tersebut. Para pelajar perlulah menjalankan sendiri aktiviti-aktiviti konkrit agar mereka lebih memahami. 


· Teorem Tatatanda


Tatatanda Matematik ini perlulah mengikut tahap perkembangan kognitif pelajar itu sendiri. Ianya perlulah bermula dari mudah ke sukar mengikut tahap pemikiran pelajar pada waktu itu.


· Teorem Kontras dan Variasi


Operasi ini terjadi apabila terdapat prosedur perkenalan perwakilan abstrak daripada perwakilan konkrit. Konsep Matematik kebanyakkannya tidak memberikan makna kepada pelajar jika mereka tidak dapat membezakan konsep yang lain. Konsep nombor ganjil dan nombor genap perlu dijelaskan dengan membandingkan sifat-sifat yang berbeza dalam kedua-dua jenis nombor tersebut.


· Teorem Perhubungan


Konsep, prinsip dan kemahiran Matematik adalah saling berkaitan dengan kemahiran yang lain. Di dalam proses pembelajaran, guru perlu bijak mengaitkan konsep-konsep, prinsip-prinsip atau kemahiran yang baru kepada pelajar. 

2) Strategi pengajaran dan pembelajaran Matematik


Seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Oleh yang demikian, Bruner berpendapat kanak-kanak membentuk konsep dengan mengasingkan benda-benda mengikut ciri-ciri persamaan dan perbezaan. Selain itu, pengajaran adalah berdasarkan rangsangan murid tersebut terhadap pengetahuan sedia ada mereka. Beliau turut mengatakan bahawa pembelajaran Matematik akan menjadi lebih mudah dengan penggunaan symbol untuk mewakili konsep-konsep yang berbentuk abstrak. 

3) Prinsip-prinsip pengajaran-pembelajaran


Melalui buku tulisan Bruner (1966) yang berjudul Toward a Theory of Instruction, beliau menghuraikan empat prinsip pengajaran-pembelajaran berlandaskan teori yang dikemukakan oleh beliau sendiri.


· Prinsip motivasi


Bruner mempercayai bahawa kanak-kanak yang baru masuk sekolah mempunyai dua jenis motivasi diri, iaitu intrinsik ingin tahu dan dorongan mencapai kecekapan. Intrinsik ingin tahu adalah satu motivasi yang mendorong minat kanak-kanak terhadap benda di sekeliling mereka. Manakala, dorongan untuk mencapai kecekapan diri adalah aktiviti yang menggerakkan mereka untuk mencuba secara rela hati dengan menyempurnakannya sendiri disamping saling bersaing sesame mereka. 


· Prinsip struktur


Prinsip struktur memberikeutamaan terhadap isi pelajaran yang sesuai dengan bentuk pengajaran, dan apa jenis bentuk pengajaran yang sesuai digunakan kepada murid itu sendiri. Bruner mencadangkan, penggunaan prinsip pengajaran daripada konkrit kepada abstrak.


· Prinsip sekuen


Mengikut Bruner, prinsip ini boleh dibahagikan kepada dua, iaitu prinsip sekuen yang pertama (prinsip kesediaan). Di mana pada peringkat ini guru perlu menggunakan set induksi untuk menimbulkan motivasi yang berterusan kepada murid agar aktiviti pembelajaran akan menjadi lebih mudah dan berkesan. Prinsip seterusnya adalah prinsip sekuen yang kedua. Prinsip ini adalah penggunaan dan perlaksanaan kaedah dan teknik mengajar. Kaedah dan teknik mengajar perlulah seimbang dengan perkembangan kognitif murid pada waktu itu. Secara tidak langsung, ianya dapat mempertingkatkan daya keupayaan mental kanak-kanak. Prinsip sekuen ini dapat menghubungkaitkan pengalaman baru dengan pengalaman lama serta keberkesanan pembelajaran dapat ditingkatkan.


· Prinsip peneguhan


Bruner mencadangkan penggunaan kaedah inkuiri-penemuan sebagai strategi pengajaran-pembelajaran untuk member kesempatan kepada kanak-kanak membuat kajian sendiri, agar mereka akan memperolehi kepuasan daripada dapatan kajiannya, demi menghasilkan peneguhan positif yang diharapkan. 


4) Pembelajaran inkuiri-penemuan (Discovery Learning)


Kaedah ini digunakan untuk aktiviti pengajaran dan pembelajaran di peringkat sekolah. Sehubungan dengan itu, guru perlulah mengatur situasi pembelajaran untuk pelajar mereka dalam mengenal pasti masalah yang ditimbulkan, memahami dan menganalisisnya serta berusaha mencari alternatif jawapan sendiri.


5) Pembelajaran konsep hukum dan prinsip melalui pendekatan induktif 


Pendekatan induktif melibatkan aktiviti mengumpul dan mentafsir maklumat, kemudian membuat generalisasi atau kesimpulan. Penggunaan kaedah ini memerlukan guru memberikan beberapa contoh yang khusus tetapi mengandungi satu prinsip yang sama. Melalui contoh-contoh inilah, murid dibimbing memikir, mengkaji, mengenal pasti dan mentafsir maklumat yang terkandung di dalam contoh-contoh tersebut. Sejerus itu, mereka mampu membuat kesimpulan sendiri mengenai topik tersebut.


ANALISIS SWOT


Dalam menilai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sesuatu teori adalah dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah sebuah kaedah perancangan strategik yang digunakan untuk menilai Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman yang terlibat secara langsung atau tidak langsung di dalam sesuatu teori yang dikemukakan. Analisis ini adalah bertujuan untuk mengenalpasti faktor-faktor dalaman dan luaran yang menguntungkan dan tidak menguntungkan untuk mencapai tujuan tersebut. 


Analisis Swot juga telah dijalankan ke atas teori Burner. melalui analisis ini di dapati    teori ini turut mempunyai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang tersendiri. kekuatan yang jelas dapt dilihat dalam teori ini adalah ianya lebih berpusatkan kepada murid. Di mana teori ini memerlukan murid berfikir secara kritikal dalam menerima proses pengajaran dan pembelajaran. Selain daripada itu, ianya dapat membantu murid-murid untuk melihat dari pelbagai perspektif yang berbeza, murid dapat menganalisis perbezaan dan persamaan yang telah dipelajari. 


Setelah mengkaji tentang kekuatan, mari lihat pula kelemahan yang tdrdapat dalam teori ini. kelemhan yang jelas dapat dikenal pasti adalah murid hanya akan mengunakan kehendak dan emosi dalam memastikan mereka mencapai objektif pelajaran tersebut. Namun begitu, sekiranya dilihat dari segi peluang, murid-murid akan belajar mempunyai pendirian dan keyakinan pada diri sendiri. Selain, ianya tidak menyekat pengetahuan murid tersebut. Ancaman yang mungkin dihadapi melaui teori ini adalah, apabila tenaga pengajar melebih-lebihkan murid yang lebih menonjol berbanding murid-murid yang lain. Maka, tanpa disedari wujud satu suasana bias di kalangan murid-murid.


Setelah mengkaji tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terdapat di dalam teori ini, satu kesimpulan dapat dibuat dimana guru perlu memainkan peranan yang penting di dalam menjalankan aktiviti pembelajaran.